18 January, 2009

Pentingnya Persaudaraan dalam Islam

Persaudaraan dalam Islam sering disebut dengan istilah ikhwah, hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya sesungguhnya sesama muslim adalah saudara (ikhwah), maka berbuat baiklah diantara kalian, mudah-mudahan kalian dirahmati.
Takhkha (mempersauadarakan) telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. semenjak Nabi berada di Yasrib (sekarang Madinah), hal ini dilakukan untuk mempererat (antara Anshar & Muhajirin) dan menolong kaum muhajirin yang hanya membawa bekal keimanan kepada Allah dan RasulNya.
Dengan demikian persauadaraan sangat penting dalam kehidupan di dunia bagi setiap ummat pada umumnya dan bagi Islam khususnya. Namun apa yang terjadi di kalangan umat Islam sekarang ini? ambil contoh saja umat Islam yang berada di perkotaan, hidup ini yang menonjil adalah sifat individualistik. Antar tetangga tidak kenal, dengan ketua Rt, atau Rw tidak kenal, kalaupun kenal apabila telah banyak urusan dan sebagainya. Bagimana kenal dengan orang-orang sesama muslim yang lebih jauh lagi tetangga desa, kota, provinsi atau bahkan negara.
Persaudraan dalam Islam setidaknya ada beberapa tingkatan:
1. Perkenalan (setidaknya mengenal nama agar bisa memanggilnya dengan nama yang melekat padanya)
2. Tafahum (saling memahami bagaimana kehidupan sehari-harinya)
3. Tarahum (saling menyayangi)
4. Ta'awun (saling tolong menolong)
Apabila hal-hal tersebut meresap pada setiap individu muslim makan terwujudlah kehidupan yang harmonis
Dalam suatu riwayat: Nabi pernah menayatakan ketika berada di luar Mesjid, hai sahabat ada ahli syurga yang sebentar lagi akan keluar dari mesjid. Para sahabat pun menunggu-nunggu siapa gerangan yang dimaksud oleh Nabi, setelah beberapa sahabat keluar ditanyakan kepada Nabi inikah ya Rasul? dijawab oleh Nabi tidak, namun ketika Abdurrahman keluar dinyatakan oleh Rasul inilah. Para sahabat tidak bertanya lagi kepada Nabi, namun diantara shahabat ada yang yeng mengikuti Abdurrahman, dan iapun meminta kepadanya untuk bermalam di rumah Abdurrahman. Ketika malam sahabat tersebut mengintai prilaku Abdurrahman, seolah-olah tidak ada yang istimewa pada dirinya, pada pagi harinya sahabat tersebut mengadu kepada Rasul, Ya Rasul pada diri Abdurrahman tidak ada yang istimewa. Kemudian Nabi menanyakan apa yang dilakukan oleh Abdurrahman ketika akan tidur? jawab sahabat tidak tau. Nabi pun menjelaskannya sebagai berikut.
Abdurrahman ketika akan tidur dia beristighfar, untuk diri sendiri dan orang-orang yang telah menyakitinya pada siang hari, kemudian ia meminta agar ketia maut menjemputnya tetap sadar bahwa yang dihadapi adalah kematian dengan tidak lupa menegakan dua kalimat syahadat.
Sampai ia akan beristirahat tetap ingat mengampuni orang-orang yang berbuat salah padanya